Sabtu, 04 September 2021

ILMU DAN HARTA



Dunia itu dibagi kepada manusia kepada empat tipe golongan.

Yang pertama adalah orang yang diberikan kepadanya ilmu dan harta, dia punya harta dan dia punya ilmu. Ketika dia punya harta lalu kemudian dia punya ilmu, maka dia patuh kepada Allah, lalu kemudian dia menyambung tali silaturahmi dan dia tahu bahwa pada harta yang dia dapatkan itu ada hak orang lain. Orang ini diberikan kepadanya harta yang banyak lalu diberikan ilmu kemudian hartanya tidak menjadi imam, tetapi justru ilmunya yang menjadi imam dan hartanya menjadi makmum. Kemudian ilmu yang akan mengarahkan harta, bukan harta yang mengarahkan ilmu, ilmu itu akan memberikan nasehat kepada harta. Ilmu yang akan kemudian mengatur bagaimana harta yang didapatkan olehnya. Inilah yang kita lihat pada sahabat Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan ulama-ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, dimana beliau adalah seorang saudagar kaya, tetapi beliau adalah orang yang berilmu dan beliau terkenal dengan keilmuan. Mereka memiliki ilmu, harta dan menjadikan ilmu komandan tertinggi pada harta yang dia miliki serta dia tidak menjadikan harta itu menjadi komandan bagi ilmunya.

 

Yang kedua, ada orang yang diberikan ilmu, tetapi tidak dikasih harta. Dari sini kita tahu bahwa tidak seorang berilmu itu akan diberikan kekayaan, ada orang berilmu dia bekerja keras, tapi kemudian hartanya hanya segitu - segitu aja. Karena masalah harta itu dirilis takarannya 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Ada yang tidak diberikan harta tapi mereka diberikan ilmu, lalu mereka selalu berniat “kalau nanti saya punya kekayaan, saya akan mempergunakan kekayaan saya dalam kebaikan, lalu mereka mendapatkan kebaikan yang sama walaupun mereka tidak mendapatkan harta itu. Akan tetapi tidak ada yang mereka pikirkan pada pikirannya kecuali satu, “kalau saya punya harta saya akan manfaatkan sebagaimana orang baik itu manfaatkan hartanya.” Makanya kalau ada orang baik, jangan kita beranggapan bahwasannya orang baik itu semuanya pintar mencari uang, ada juga yang tidak pintar mencari uang. Maka tidak perlu membanding-bandingkan misal kita suka berkomentar, “contohnya coba pak guru itu punya bisnis sukses”. Ada yang memang diberikan kemudahan untuk menjadi sukses dalam masalah finansialnya. Ada orang berilmu yang mereka sudah berusaha dan sudah berjibaku, tapi ternyata memang takarannya hanya segitu saja. Dan itu Allah yang menentukan karena miskin dan kaya itu merupakan bagian dari takaran yang dibagikan bagi kehidupan kita.

 

Banyak orang berkata, miskin itu tidak ada.” Kata siapa miskin tidak ada? miskin itu ada, Allah sebutkan kata miskin berulang-ulang di dalam Al-Qur’an. Miskin secara finansial itu ada, tetapi hatinya tetap merasa cukup. Yang miskin belum tentu kurang, yang kaya belum tentu cukup. Apakah berarti orang yang tidak diberi harta berarti kekurangan? Belum tentu, berapa banyak orang miskin yang merasa cukup, berapa banyak teman-teman kita gajinya di bawah UMR tetap bisa tersenyum istrinya tetap patuh kepada suaminya, lalu kemudian anak - anaknya tahu kapan meminta uang dan kapan tidak minta karena menakar apa yang dia minta kepada kemampuan orangtuanya. Namun berapa banyak orang yang gajinya 20 juta tetapi masih  kurang, istrinya tidak patuh, karena istrinya masih membandingkan suaminya dengan suami teman-temannya, anak-anaknya tidak peduli apapun yang dia inginkan harus dituruti sampai orangtuanya tidak bisa menolak.

 

Ada yang ketiga itu adalah orang yang diberikan harta, namun tidak diberikan ilmu. Akhirnya hartanya menjadi komandan dalam kehidupan, maka dia perlakukan harta itu pada sesuatu yang dia mau, dia tidak perduli tentang apapun yang dia pedulikan hanyalah kesenangannya. Kalaupun dia memperhatikan masalah-masalah umum, masalah-masalah ini dia hanya perhatikan satu atau dua persen dari jumlah harta yang dia miliki. Lalu dia berbuat maksiat teru menerus. Tidak ada yang dia inginkan kecuali bertambahnya rekening yang dia miliki.

 

        Yang keempat yaitu orang yang tidak diberikan harta dan tidak diberikan ilmu. Ini yang paling berbahaya dan paling buruk dan disinilah kita akhirnya paham bahwasanya yang kita ingin pahamkan berarti ada dua macam harta yang dititipkan oleh Allah kepada kita semua. Ada harta yang dititipkan karena keridhoan, ada orang yang diberikan harta tetapi harta yang diberikan kepadanya bukan karena ridho, bukan cinta, tapi justru karena kebencian. Orang-orang yang semacam ini justru setiap mendapatkan tambahan harta justru bertambah kemaksiatan yang dia lakukan dan dia kerjakan. Maka inilah yang menjadikan kita harus mendefinisikan dahulu, dan harus memberikan kesadaran penuh kepada apa yang kita miliki pada kehidupan kita. Mobil kita, rumah kita, motor kita, gadget kita, apakah mereka ada dikarenakan keridhoan atau kebencian. Yang kedua adalah harta yang diberikan kepada kita adalah finansial tetapi kita juga diberikan ilmunya, kemampuan menjadi pemimpin dan menjadi imam bagi hartanya, karena  harganya hanya menjadi makmum dalam kehidupan – kehidupannya.