Agar
sukses menjadi manusia harus punya 4 hal ini, punya rasa simpati, punya rasa
malu, punya kerendahan hati, dan punya rasa benar salah. Kalau ada 4 hal ini dalam
diri kita berarti sudah sukses jadi manusia. Yang pertama Simpati ini ciri khas
manusia yaitu saling menyayangi, simpati itu kan kasih sayang, kemanusiaan jadi
manusia yang sejati itu punya rasa simpati, kalau ada saudaranya sakit
saudaranya susah saudaranya sengsara dia membantu ini ciri manusia, di luar
manusia tidak. Sekumpulan bebek itu kalau ada satu bebek sakit yang lain tidak
mikirin untuk menyembuhkan, bebek itu kalau mati tidak akan ada bebek lain yang
berbelasungkawa. Jadi manusia yang tidak ada rasa simpati sama sekali itu seperti
hewan, makanya kalau manusia kehilangan rasa simpati ini derajatnya turun,
bahkan dalam Al- Quran disebutkan bahwa dia bisa lebih rendah daripada
binatang.
Ciri
pertama kita sukses jadi manusia adalah punya
rasa simpati. Simpati itu sering digambarkan posisikan dirimu di posisi dia,
yang sedang sakit itu sebenarnya dia tapi aku ikut merasakan sakitnya, sehingga
aku bersimpati padanya. Yang galau dia tapi aku ikut merasakannya kasihan dia, sudah
umur berapa dia kasihan bolak-balik galau terus itu namanya simpati. Yang bisa
seperti itu hanya manusia, binatang dan makhluk yang lain tidak bisa. Diantara
kesuksesan kita jadi manusia SIMPATI. Ciri kedua adalah
malu atau segan, ini kalau dalam hadist banyak yang menyindir bahwa manusia itu
cirinya malu, kalau kamu tidak punya malu lakukan apapun yang kamu inginkan. Kuncinya
jadi manusia antara lain malu, kalau punya rasa malu berarti masih manusia.
Sebenarnya
tidak ada orang yang tahu kalau saya ambil gelasnya dua, yang satu saya taruh
di tas dan yang satu saya bawa botol sendiri lalu saya isikan mumpung belum ada
yang datang, ini tidak ada yang tahu tapi malu, ini berarti masih manusia. Kalau
sudah tidak punya malu kehilangan kualifikasi kemanusiaan, harus punya malu.
Malu untuk hal-hal yang buruk, jadi kalau tidak punya malu kata nabi kan
lakukan apapun, kuncinya cuma rasa malu. Malu ini nanti jadi dasar lahirnya
kebenaran dan keadilan. Kalau orang sudah malu berbuah jahat, orang malu berbuat
salah, itu kan lahirnya kebenaran. Saya bisa sebenernya membuat dia sengsara
dan susah, aku punya kuasa, aku harus adil, malu aku kalau ketahuan menyakiti
orang lain, itu harus punya rasa malu.
Selama
rasa malu, rasa segan ini masih ada, kita masih manusia. Akan Tetapi kalau
sudah tidak punya malu, perlu introspeksi diri lagi. Ini tadi kan perbuatan
jahat, tapi aku kok tidak malu ya, nah itu kamu coba instropeksi diri, sebenarnya
yang saya lakukan ini kalau ketahuan memalukan, tapi aku sendiri tidak malu. Sebenarnya
kamu harusnya malu dan malu adalah salah satu diantara kualifikasi kita
jadi manusia. Ciri ketiga yaitu rendah hati dan kerelaan,
hanya manusia yang mempunyai sifat murah hati, rendah hati, mendahulukan
temannya dan membela yang lain. Jadi, mengutamakan orang lain ini sumbernya kesusilaan
dan lawannya adalah egois. kalau kita hanya ingin enak sendiri, ingin menang
sendiri, ingin selalu diunggulkan, itu biasanya kita terus jadi sombong. Silahkan
dicek sebenarnya kalau kita ini manusia yang sejati, maka harus punya
kerendahan hati.
Binatang
tidak bisa dituntut rendah hati, kalau kita kadang-kadang saat sedang jalan di
depan kok di belakang ada orang tua terus kita minggir dan mempersilakan orang
yang lebih tua jalan duluan itu bisa, tapi bebek tidak bisa. Tidak ada bebek yang
sedang jalan terus ada bebek yang lebih tua terus dia minggir memberi jalan, tidak
ada hewan yang bisa begitu, yang bisa begitu manusia. Maka rendah hati,
menundukkan diri, tidak menyambungkan diri itu nanti kunci lahirnya moralitas kesusilaan.
Kalau kita tidak mampu merendahkan diri, ya kita menyebutnya sombong, selalu ingin
menang, ingin menaklukkan yang lain, ya kita perlu instropeksi lagi tentang
kemanusiaan kita. Kemudian ciri keempat rasa benar dan salah
yaitu kemampuan untuk memilih yang benar dan menghindari yang salah. Kemampuan
untuk nyaman dengan kebenaran dan tidak nyaman dengan kesalahan, itu ciri
manusia. Kalau manusia itu merasa nyaman dengan kesalahan, merasa tidak salah
padahal dia salah itu perlu di instropeksi lagi. perlu muhasabah lagi. Karena
cirinya manusia itu rasa benar dan rasa salah.
Memang
manusiawi kadang-kadang kita salah, tapi jangan sampai hilang rasa bersalah. Begitu
kamu kehilangan rasa bersalah, hidupmu akan bermasalah. Orang yang bohong
sekali itu, dia akan merasa sangat bersalah, tapi bohong dua kali rasa
bersalahnya tinggal separuh, bohong tiga kali mungkin tinggal seperempat,
bohong empat kali dia tidak akan ada rasa apa-apa. Sudah kemarin-kemarin bohong
sukses dan aman-aman saja, lama-lama terbiasa kamu bohong maka sense of
guilty-nya lama-lama bisa mati. Ketika sudah tidak berasa apa-apa meskipun kamu
salah, berarti kamu sudah kehilangan salah satu komponen besar dalam dirimu
sebagai manusia, yaitu rasa bersalah. Kadang-kadang mungkin tuntutan situasi
tidak sengaja membuat kita bersalah, tapi tetep saja kalau bisa rasa bersalahmu
jangan sampai mati. Cara agar rasa bersalah itu tidak sampai mati adalah jangan
dimaklumi, begitu kamu maklumi besok kamu tidak akan malu, tidak akan segan
lagi melakukan kesalahan lagi, terus kamu ulang-ulang sampai kamu mati rasa,
sudah kalau sudah mati rasa, maka rasa kemanusiaan juga akan mati. Kamu dengan
santainya menyakiti orang lain karena sudah biasa, kemarin juga begitu nah maka
hidupkan perasaan benar salah ini, bersyukurlah kalau benar dan perbaiki diri
kalau salah.
Jadi, kalau kalian menyebut diri kalian manusia, coba dicek masih hidupkah rasa simpati itu, masih adakah rasa malu, masih bisakah kamu rendah hati, dan masih terasakah kalau kamu benar atau salah. Selama ini masih ada Alhamdulillah, kalau ada satu komponen yang hilang cepat-cepat diperbaiki, manusia akan hancur peradabannya kalau 4 hal ini hilang. Ketika orang tidak saling bersimpati saling menyerang, ketika orang sudah tidak punya malu, ketika setiap orang ingin yang egois (mengunggulkan diri dan kepentingannya), ketika orang sudah tidak peduli lagi mana yang benar dan mana yang salah, maka kalau ini tidak diperbaiki lama-lama peradaban akan hancur. Jadi, mungkin tidak perlu menunggu kiamat, sebenarnya nanti yang menghancurkan peradaban manusia itu adalah manusia itu sendiri. Jadi, apapun yang terjadi tetaplah jadi manusia.
Wallahu a'lam…
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.