Rabu, 14 Juni 2023

Hancurnya Peradaban Manusia


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Agar sukses menjadi manusia harus punya 4 hal ini, punya rasa simpati, punya rasa malu, punya kerendahan hati, dan punya rasa benar salah. Kalau ada 4 hal ini dalam diri kita berarti sudah sukses jadi manusia. Yang pertama Simpati ini ciri khas manusia yaitu saling menyayangi, simpati itu kan kasih sayang, kemanusiaan jadi manusia yang sejati itu punya rasa simpati, kalau ada saudaranya sakit saudaranya susah saudaranya sengsara dia membantu ini ciri manusia, di luar manusia tidak. Sekumpulan bebek itu kalau ada satu bebek sakit yang lain tidak mikirin untuk menyembuhkan, bebek itu kalau mati tidak akan ada bebek lain yang berbelasungkawa. Jadi manusia yang tidak ada rasa simpati sama sekali itu seperti hewan, makanya kalau manusia kehilangan rasa simpati ini derajatnya turun, bahkan dalam Al- Quran disebutkan bahwa dia bisa lebih rendah daripada binatang.

Ciri pertama kita sukses jadi manusia adalah punya rasa simpati. Simpati itu sering digambarkan posisikan dirimu di posisi dia, yang sedang sakit itu sebenarnya dia tapi aku ikut merasakan sakitnya, sehingga aku bersimpati padanya. Yang galau dia tapi aku ikut merasakannya kasihan dia, sudah umur berapa dia kasihan bolak-balik galau terus itu namanya simpati. Yang bisa seperti itu hanya manusia, binatang dan makhluk yang lain tidak bisa. Diantara kesuksesan kita jadi manusia SIMPATI. Ciri kedua adalah malu atau segan, ini kalau dalam hadist banyak yang menyindir bahwa manusia itu cirinya malu, kalau kamu tidak punya malu lakukan apapun yang kamu inginkan. Kuncinya jadi manusia antara lain malu, kalau punya rasa malu berarti masih manusia.

Sebenarnya tidak ada orang yang tahu kalau saya ambil gelasnya dua, yang satu saya taruh di tas dan yang satu saya bawa botol sendiri lalu saya isikan mumpung belum ada yang datang, ini tidak ada yang tahu tapi malu, ini berarti masih manusia. Kalau sudah tidak punya malu kehilangan kualifikasi kemanusiaan, harus punya malu. Malu untuk hal-hal yang buruk, jadi kalau tidak punya malu kata nabi kan lakukan apapun, kuncinya cuma rasa malu. Malu ini nanti jadi dasar lahirnya kebenaran dan keadilan. Kalau orang sudah malu berbuah jahat, orang malu berbuat salah, itu kan lahirnya kebenaran. Saya bisa sebenernya membuat dia sengsara dan susah, aku punya kuasa, aku harus adil, malu aku kalau ketahuan menyakiti orang lain, itu harus punya rasa malu.

Selama rasa malu, rasa segan ini masih ada, kita masih manusia. Akan Tetapi kalau sudah tidak punya malu, perlu introspeksi diri lagi. Ini tadi kan perbuatan jahat, tapi aku kok tidak malu ya, nah itu kamu coba instropeksi diri, sebenarnya yang saya lakukan ini kalau ketahuan memalukan, tapi aku sendiri tidak malu. Sebenarnya kamu harusnya malu dan malu adalah salah satu diantara kualifikasi kita jadi manusia. Ciri ketiga yaitu rendah hati dan kerelaan, hanya manusia yang mempunyai sifat murah hati, rendah hati, mendahulukan temannya dan membela yang lain. Jadi, mengutamakan orang lain ini sumbernya kesusilaan dan lawannya adalah egois. kalau kita hanya ingin enak sendiri, ingin menang sendiri, ingin selalu diunggulkan, itu biasanya kita terus jadi sombong. Silahkan dicek sebenarnya kalau kita ini manusia yang sejati, maka harus punya kerendahan hati.

Binatang tidak bisa dituntut rendah hati, kalau kita kadang-kadang saat sedang jalan di depan kok di belakang ada orang tua terus kita minggir dan mempersilakan orang yang lebih tua jalan duluan itu bisa, tapi bebek tidak bisa. Tidak ada bebek yang sedang jalan terus ada bebek yang lebih tua terus dia minggir memberi jalan, tidak ada hewan yang bisa begitu, yang bisa begitu manusia. Maka rendah hati, menundukkan diri, tidak menyambungkan diri itu nanti kunci lahirnya moralitas kesusilaan. Kalau kita tidak mampu merendahkan diri, ya kita menyebutnya sombong, selalu ingin menang, ingin menaklukkan yang lain, ya kita perlu instropeksi lagi tentang kemanusiaan kita. Kemudian ciri keempat rasa benar dan salah yaitu kemampuan untuk memilih yang benar dan menghindari yang salah. Kemampuan untuk nyaman dengan kebenaran dan tidak nyaman dengan kesalahan, itu ciri manusia. Kalau manusia itu merasa nyaman dengan kesalahan, merasa tidak salah padahal dia salah itu perlu di instropeksi lagi. perlu muhasabah lagi. Karena cirinya manusia itu rasa benar dan rasa salah.

Memang manusiawi kadang-kadang kita salah, tapi jangan sampai hilang rasa bersalah. Begitu kamu kehilangan rasa bersalah, hidupmu akan bermasalah. Orang yang bohong sekali itu, dia akan merasa sangat bersalah, tapi bohong dua kali rasa bersalahnya tinggal separuh, bohong tiga kali mungkin tinggal seperempat, bohong empat kali dia tidak akan ada rasa apa-apa. Sudah kemarin-kemarin bohong sukses dan aman-aman saja, lama-lama terbiasa kamu bohong maka sense of guilty-nya lama-lama bisa mati. Ketika sudah tidak berasa apa-apa meskipun kamu salah, berarti kamu sudah kehilangan salah satu komponen besar dalam dirimu sebagai manusia, yaitu rasa bersalah. Kadang-kadang mungkin tuntutan situasi tidak sengaja membuat kita bersalah, tapi tetep saja kalau bisa rasa bersalahmu jangan sampai mati. Cara agar rasa bersalah itu tidak sampai mati adalah jangan dimaklumi, begitu kamu maklumi besok kamu tidak akan malu, tidak akan segan lagi melakukan kesalahan lagi, terus kamu ulang-ulang sampai kamu mati rasa, sudah kalau sudah mati rasa, maka rasa kemanusiaan juga akan mati. Kamu dengan santainya menyakiti orang lain karena sudah biasa, kemarin juga begitu nah maka hidupkan perasaan benar salah ini, bersyukurlah kalau benar dan perbaiki diri kalau salah.

       Jadi, kalau kalian menyebut diri kalian manusia, coba dicek masih hidupkah rasa simpati itu, masih adakah rasa malu, masih bisakah kamu rendah hati, dan masih terasakah kalau kamu benar atau salah. Selama ini masih ada Alhamdulillah, kalau ada satu komponen yang hilang cepat-cepat diperbaiki, manusia akan hancur peradabannya kalau 4 hal ini hilang. Ketika orang tidak saling bersimpati saling menyerang, ketika orang sudah tidak punya malu, ketika setiap orang ingin yang egois (mengunggulkan diri dan kepentingannya), ketika orang sudah tidak peduli lagi mana yang benar dan mana yang salah, maka kalau ini tidak diperbaiki lama-lama peradaban akan hancur. Jadi, mungkin tidak perlu menunggu kiamat, sebenarnya nanti yang menghancurkan peradaban manusia itu adalah manusia itu sendiri. Jadi, apapun yang terjadi tetaplah jadi manusia.

Wallahu a'lam…

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.