Apa sih itu diri, diri itu adalah sebuah komponen yang di dalamnya terdapat banyak komponen dan sistem. Di dalam diri ada proses yang natural (Sunatullah), proses itu ketika dia bekerja dalam perjalanan hidup kita, maka dia akan mendorong semua diri yang paling utama. Diri yang paling utama ini adalah kumpulan keputusan-keputusan kita, kumpulan kepercayaan kita, kumpulan keyakinan kita, kumpulan rasa suka kita, dan kumpulan apa-apa saja yang kita kedepankan seakan-akan kita mengutusnya. Kamu di depan ya, kalau ada yang mencari saya bilang saya tidak ada, kalau ada yang mau beli bilang saya ada. Jadi semua hal yang kita utus kedepan ternyata itulah yang namanya JIWA. Jadi bayangkan jika jiwa ini sudah salah, nah masalahnya jiwa ini memperkerjakan diri manusia, maka diri manusia pasangannya adalah Panca indranya. Dimulai dari mata, telinga, kaki, kulit, lidah, hidung dan lain-lainnya. Pada lidah menempel jiwa, pada mata menempel jiwa, lalu indra ini menghadapi dunia, katakanlah itu peristiwa, benda, suasana, keadaan, kondisi dan sebagainya. Jiwa A ketika menempel pada lidah, maka lidah terus mengeluarkan air liur untuk mencari A. Kalau tiba-tiba yang ditemukan adalah B, maka lidah otomatis langsung menciptakan suasana mual. Belum lagi kenyataan-kenyataan dimana manusia ketika menghadapi kenyataan ini dia punya dua rasa besar yang namanya hal yang buruk dan hal yang baik. Rasa senang, bahagia, dan bersyukur adalah ibadah, hanya saja di dalam diri manusia terdapat serangan - serangan dari hawa nafsu.
Kita akan kesulitan jika hidup tanpa utusan-utusan kita (Panca Indra). Contohnya tutup matamu lalu cobalah berjalan, maka kamu akan kesulitan. Kamu harus buka matamu dulu baru kamu tahu pemandangannya bagus dan semua jalan kamu bisa telusuri. Itu semua bisa dilakukan dengan mata terbuka. Manusia yang suka jatuh di lubang yang sama setiap hari itulah orang yang tidak mau belajar dan mengambil pelajaran. Kenapa manusia bisa mengingkari sesuatu yang diwajibkan oleh Allah yaitu belajar. Karena hanya dengan belajar kita bisa membuat satu pertahanan, kita harus butuh Agama dan Petunjuk, Contohnya karena manusia itu hidup dengan nafsu, maka nafsunya juga diutus masuk ke jiwanya. Jadi bayangkan jika NAFSU semua yang menjadi jiwamu, lalu ilmu tidak mengutus utusannya maka kalau kamu belajar di kelas, mata terasa mengantuk. Jadi kalau kita bilang Enak itu yang mana yang kita ucapkan, jangan sampai kita salah ucap, Enak itu menurut “Agama dan Petunjuk” bukan yang lain. Kalau sudah nafsu yang menjadi enak, maka ini akan melekat di semua panca indra, maka ini akan lari kemana – mana dan ketika berhadapan dengan dunia, maka akan bertindak sesuai dengan nafsunya. Akhirnya dia bilang hanya mobil Toyota yang bisa bikin saya bahagia, maka ketika tidak dapat mobil Toyota bunyinya bagaimana kira-kira? mukanya jadi tidak enak.
Bisa dibayangkan sekarang kenapa orang mukanya manyun, itu karena dia tidak sukses mendirect keadaan yang ada di jiwa dan ditangkap oleh Panca indra. Contohnya kenapa ada orang frustasi ketika dia tidak lulus ujian? tolong dijawab, karena yang masuk ke jiwanya mengatakan bahwa susah cari pekerjaan jika tidak lulus ujian. Ketika kau sudah memiliki jiwa yang baik, maka ini akan membentuk struktur dan akan menyatu dengan tubuh. Jiwa kalau sudah terbentuk buruk dan menempel lagi ke kaki, lihatlah gerakan kakinya sudah malas bergerak ke tempat belajar. Ketika kamu memenangkan Alquran dan Hadist pasti kamu bilang saya harus pergi untuk belajar karena itu merupakan sebuah kewajiban. Itulah mengapa Al-Quran disebut syifa (Obat), dimana bekerjanya? disinilah di dalam dada manusia. Inilah proses healing itu, apapun yang masuk segera disesuaikan dengan Agama. Itulah mengapa orang – orang yang sudah berakal dia sudah nyaris tidak berpikir.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.