Kamis, 25 September 2025

Cerita tentang Kecerdasan Emosional dan Daya Tahan Hidup

 

 “Kepahitan hari ini adalah latihan agar jiwa lebih tangguh esok hari.”

Daniel Goleman pernah menceritakan sebuah kisah tentang seorang mahasiswa. Ia adalah tipe mahasiswa berprestasi, nilai-nilainya selalu A. Namun, suatu ketika ada seorang dosen yang memberi nilai A-.

Bagi mahasiswa ini, nilai A- terasa seperti bencana. Ia merasa dunia runtuh hanya karena satu nilai yang menurutnya “tidak sempurna.” Pahitnya kenyataan itu tidak bisa ia terima. Ia pulang ke rumah, mengambil senjata, lalu kembali ke kampus. Tragis, dosennya ditembak hingga tewas.

Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?
Karena ia tidak terlatih secara emosional untuk menghadapi kepahitan hidup. Baginya, ketidaksempurnaan kecil adalah kehancuran besar.

Sebaliknya, orang-orang yang sering menghadapi kepahitan justru memiliki daya resiliensi lebih tinggi. Mereka sudah terbiasa dengan kegagalan, keterbatasan, atau ketidakadilan. Maka, ketika masalah besar datang, mereka lebih kuat bertahan.

Bahagialah kalian yang pernah merasakan pahitnya hidup. Karena itu berarti kalian sedang ditempa. Kalian mungkin lebih tangguh dibandingkan teman-teman yang hidupnya selalu nyaman.

Saat ini mungkin kalian merasa iri: uang kalian pas-pasan, sementara teman-teman hidup berkecukupan. Tetapi bisa jadi, teman kalian yang selalu nyaman itu justru tidak punya daya tahan ketika suatu saat hidup berbalik arah. Bayangkan jika tiba-tiba rekening mereka diblokir, hidup mereka bisa hancur. Sementara kalian, yang sudah terbiasa menghadapi keterbatasan, bisa lebih tenang dan tabah.

Inilah inti kecerdasan emosional: bukan tentang menghindari kepahitan, tapi tentang belajar mengelola dan bertahan di tengah pahitnya hidup.

“Kekuatan sejati bukan ada pada yang tak pernah jatuh, melainkan pada yang berkali-kali bangkit.”

JANGAN LUPA BERPRASANGKA BAIK


Tidak ada komentar:

Posting Komentar