“Ketidakpastian zaman bukan alasan untuk goyah, tapi undangan untuk meneguhkan arah.”
Bayangkan kita sedang berada di sebuah perahu. Perahu itu melambangkan tempat bersama, kehidupan atau lingkungan yang kita tinggali. Tiba-tiba, perahu itu bocor. Artinya, ada masalah serius, situasi berbahaya, atau kondisi penuh risiko yang membutuhkan kerja sama semua orang di dalamnya untuk segera ditangani.
Namun, dalam kondisi genting itu, justru ada orang-orang yang hanya sibuk mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Mereka bukan berusaha menambal kebocoran, tetapi malah memperburuk keadaan. Inilah yang disebut sebagai “bajak laut di perahu bocor” — orang-orang egois yang memanfaatkan situasi sulit demi keuntungan pribadi, tanpa peduli pada keselamatan bersama.
Contoh Sederhana
- 
Demo damai: sekelompok orang berdemo dengan tertib untuk menyuarakan aspirasi. Tujuannya baik, yaitu memperbaiki keadaan (menambal perahu bocor). Tapi tiba-tiba ada provokator yang memicu kerusuhan. Akibatnya, demo yang awalnya damai berubah kacau. Situasi bukannya membaik, malah semakin buruk.
 - 
Rentenir: ketika seseorang sedang kesulitan keuangan, rentenir datang “membantu” dengan meminjamkan uang. Tapi bunganya mencekik, misalnya 50%. Bukannya menolong, justru membuat orang yang susah menjadi lebih hancur lagi.
 
Refleksi
“Bajak laut di perahu bocor” adalah gambaran tentang orang-orang toxic yang mengambil keuntungan di saat kita sedang kesulitan. Mereka bukan bagian dari solusi, melainkan bagian dari masalah.
Padahal, ketika perahu bocor, seharusnya semua orang bekerja sama untuk menambalnya. Kalau tidak, semua orang di perahu itu — termasuk para bajak laut — akan tenggelam bersama.
“Self-support adalah seni merangkul luka, hingga ia berubah menjadi kekuatan.”
JANGAN LUPA BERPRASANGKA BAIK
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar