Sabtu, 04 September 2021

ILMU DAN HARTA



Dunia itu dibagi kepada manusia kepada empat tipe golongan.

Yang pertama adalah orang yang diberikan kepadanya ilmu dan harta, dia punya harta dan dia punya ilmu. Ketika dia punya harta lalu kemudian dia punya ilmu, maka dia patuh kepada Allah, lalu kemudian dia menyambung tali silaturahmi dan dia tahu bahwa pada harta yang dia dapatkan itu ada hak orang lain. Orang ini diberikan kepadanya harta yang banyak lalu diberikan ilmu kemudian hartanya tidak menjadi imam, tetapi justru ilmunya yang menjadi imam dan hartanya menjadi makmum. Kemudian ilmu yang akan mengarahkan harta, bukan harta yang mengarahkan ilmu, ilmu itu akan memberikan nasehat kepada harta. Ilmu yang akan kemudian mengatur bagaimana harta yang didapatkan olehnya. Inilah yang kita lihat pada sahabat Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan ulama-ulama besar seperti Imam Abu Hanifah, dimana beliau adalah seorang saudagar kaya, tetapi beliau adalah orang yang berilmu dan beliau terkenal dengan keilmuan. Mereka memiliki ilmu, harta dan menjadikan ilmu komandan tertinggi pada harta yang dia miliki serta dia tidak menjadikan harta itu menjadi komandan bagi ilmunya.

 

Yang kedua, ada orang yang diberikan ilmu, tetapi tidak dikasih harta. Dari sini kita tahu bahwa tidak seorang berilmu itu akan diberikan kekayaan, ada orang berilmu dia bekerja keras, tapi kemudian hartanya hanya segitu - segitu aja. Karena masalah harta itu dirilis takarannya 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Ada yang tidak diberikan harta tapi mereka diberikan ilmu, lalu mereka selalu berniat “kalau nanti saya punya kekayaan, saya akan mempergunakan kekayaan saya dalam kebaikan, lalu mereka mendapatkan kebaikan yang sama walaupun mereka tidak mendapatkan harta itu. Akan tetapi tidak ada yang mereka pikirkan pada pikirannya kecuali satu, “kalau saya punya harta saya akan manfaatkan sebagaimana orang baik itu manfaatkan hartanya.” Makanya kalau ada orang baik, jangan kita beranggapan bahwasannya orang baik itu semuanya pintar mencari uang, ada juga yang tidak pintar mencari uang. Maka tidak perlu membanding-bandingkan misal kita suka berkomentar, “contohnya coba pak guru itu punya bisnis sukses”. Ada yang memang diberikan kemudahan untuk menjadi sukses dalam masalah finansialnya. Ada orang berilmu yang mereka sudah berusaha dan sudah berjibaku, tapi ternyata memang takarannya hanya segitu saja. Dan itu Allah yang menentukan karena miskin dan kaya itu merupakan bagian dari takaran yang dibagikan bagi kehidupan kita.

 

Banyak orang berkata, miskin itu tidak ada.” Kata siapa miskin tidak ada? miskin itu ada, Allah sebutkan kata miskin berulang-ulang di dalam Al-Qur’an. Miskin secara finansial itu ada, tetapi hatinya tetap merasa cukup. Yang miskin belum tentu kurang, yang kaya belum tentu cukup. Apakah berarti orang yang tidak diberi harta berarti kekurangan? Belum tentu, berapa banyak orang miskin yang merasa cukup, berapa banyak teman-teman kita gajinya di bawah UMR tetap bisa tersenyum istrinya tetap patuh kepada suaminya, lalu kemudian anak - anaknya tahu kapan meminta uang dan kapan tidak minta karena menakar apa yang dia minta kepada kemampuan orangtuanya. Namun berapa banyak orang yang gajinya 20 juta tetapi masih  kurang, istrinya tidak patuh, karena istrinya masih membandingkan suaminya dengan suami teman-temannya, anak-anaknya tidak peduli apapun yang dia inginkan harus dituruti sampai orangtuanya tidak bisa menolak.

 

Ada yang ketiga itu adalah orang yang diberikan harta, namun tidak diberikan ilmu. Akhirnya hartanya menjadi komandan dalam kehidupan, maka dia perlakukan harta itu pada sesuatu yang dia mau, dia tidak perduli tentang apapun yang dia pedulikan hanyalah kesenangannya. Kalaupun dia memperhatikan masalah-masalah umum, masalah-masalah ini dia hanya perhatikan satu atau dua persen dari jumlah harta yang dia miliki. Lalu dia berbuat maksiat teru menerus. Tidak ada yang dia inginkan kecuali bertambahnya rekening yang dia miliki.

 

        Yang keempat yaitu orang yang tidak diberikan harta dan tidak diberikan ilmu. Ini yang paling berbahaya dan paling buruk dan disinilah kita akhirnya paham bahwasanya yang kita ingin pahamkan berarti ada dua macam harta yang dititipkan oleh Allah kepada kita semua. Ada harta yang dititipkan karena keridhoan, ada orang yang diberikan harta tetapi harta yang diberikan kepadanya bukan karena ridho, bukan cinta, tapi justru karena kebencian. Orang-orang yang semacam ini justru setiap mendapatkan tambahan harta justru bertambah kemaksiatan yang dia lakukan dan dia kerjakan. Maka inilah yang menjadikan kita harus mendefinisikan dahulu, dan harus memberikan kesadaran penuh kepada apa yang kita miliki pada kehidupan kita. Mobil kita, rumah kita, motor kita, gadget kita, apakah mereka ada dikarenakan keridhoan atau kebencian. Yang kedua adalah harta yang diberikan kepada kita adalah finansial tetapi kita juga diberikan ilmunya, kemampuan menjadi pemimpin dan menjadi imam bagi hartanya, karena  harganya hanya menjadi makmum dalam kehidupan – kehidupannya.

Minggu, 29 Agustus 2021

Relasi yang Membebaskan

 



Apabila engkau hendak bebas, jadilah tawanan cinta. Manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Ketika dilahirkan ke dunia, kita butuh orang lain, tapi nama hubungan dengan orang lain yang membebaskan itu hanya cinta. Relasi yang bukan cinta kebanyakan tidak membebaskan, tapi mengikat. Ada kewajiban-kewajiban yang harus kamu penuhi demi relasi itu, tapi kalau relasinya namanya cinta tidak. Saat ibumu membesarkanmu itu kan relasinya cinta, dia capek luar biasa, dia kehilangan banyak, tapi dia bahagia luar biasa, kenapa? karena cinta padamu, tidak merasa terikat sama sekali. Jadi kamu merasa ini yang membahagiakanku, tidak ada yang mengikat. Padahal rasanya seperti terikat, tapi sebenarnya tidak.

 

Dalam kisah Yusuf dan Zulaikha itu dikatakan, ”Jika engkau ingin bebas, jadilah tawanan cinta. Apabila engkau menginginkan kegembiraan bukanlah hatimu bagi penderitaan cinta.” Ini seperti paradok, kalau kamu ingin senang masuklah ke dunia cinta yang penuh penderitaan. Itu sebenarnya penderitaan, kalau diceritakan rasanya tragis. Tapi kamu bahagia dan senang, kenapa? karena ada cinta disitu, gembira mungkin kamu menceritakannya sambil berbunga-bunga. Dari anggur cinta datang kehangatan dan pesona, tanpa cinta yang ada hanya kesusahan dan keakuan. Jadi, orang yang hidupnya tanpa cinta isinya hanya kewajiban-kewajiban, isinya hanya ego, kepentingan diri sendiri, dan nafsu. Itu seperti hidup yang dingin, tidak berwarna, hidup yang hitam putih, tidak cerah.

 

Ingatan kepada cinta menyegarkan hati si pecinta dan kejayaan datang kepada dia yang menjayakannya. Yang sudah mengalami pasti merasakan, yang belum mengalami ya dibayangkan saja. Ini adalah wilayah-wilayah yang sulit untuk dijelaskan, bagi yang sudah mencintai pastilah mengerti. Apabila Majnun tidak minum anggur dari mangkoknya, apakah yang membuatnya terkenal di dunia ini dan di dunia kemudian. Kalau Majnun tidak jatuh cinta, tidak meminum anggur cinta, dan masuk ke dunia penderitaannya cinta. Siapa yang mau cerita Qais al majnun. Kalau Qais dulu jatuh cinta terus diterima begitu saja, terus menikah, lalu punya anak, tidak ada yang mau cerita. Tapi justru dia jadi luar biasa, jadi monumental ketika masuk ke ranah cinta yang susah sekali, yang menderita sekali, yang sakit sekali. Seperti Romeo and Juliet itu pasti ada tragedinya sehingga diceritakan dari zaman ke zaman. Banyak kisah cinta jadi monumental kalau ketika itu sangat sengsara, sangat susah, atau ada kesusahan cinta.

 

Ribuan orang berbakat cemerlang tapi asing terhadap cinta, telah lenyap tanpa meninggalkan riwayat atau peninggalan yang mengabadikan namanya. Jadi banyak orang yang berbakat, tapi hidupnya tidak ada cinta disitu, hilang begitu saja dari percaturan dunia. Engkau boleh mencoba 100 hari tapi hanya cinta yang akan membebaskanmu dari dirimu sendiri. Maka janganlah melarikan diri dari cinta, sekalipun dari cinta dalam samaran duniawi. Jatuh cinta sama teman sakelas,itu adalah cinta dalam samaran duniawi. Kalian mencintai apa? itu cinta dalam samaran dunia. Tidak apa karena mungkin masih level-level artifisial, yang penting adalah kamu belajar mencintai, lunakkan dulu hatimu dengan cinta. Karena itu merupakan persiapan bagi kebenaran tertinggi. Kalau tiba - tiba cinta sama Allah, mungkin agak berat. Yang bisa dilakukan adalah belajar, hati ini diajari caranya mencintai.

 

Bagaimana kau akan membaca Alquran, tanpa mempelajari abjad. Ayo latihan dulu cinta di dunia, jatuh cinta dulu sama temannya, jatuh cinta dulu sama apa, tidak apa-apa. Itu kan cinta dalam samaran duniawi meskipun ada batas-batasnya, tapi intinya hatimu dilatih mencintai. Kalau tidak itu akan terasa sulit, karena orang tidak bisa memaksa diri untuk jatuh cinta, itu tidak mudah. Kamu tiba-tiba bilang saya mau cinta kamu. Tidak bisa, seperti kamu punya teman cantik kalau kamu tidak cinta kan tidak bisa dipaksa. Saya harus cinta ke dia, sama Allah juga begitu tak bisa cinta itu dipalsu bahwa kamu sholeh - sholehkan dirimu, dari mulut keluar kalimat toyibah terus. Tidak begitu, kalau jatuh cinta tidak bisa dimanipulasi. Karena urusannya rasa, maka latihan jatuh cinta . Hiduplah dengan alur yang penuh cinta, nanti bathinmu terlatih mencintai.

 

Ada kisah seorang pencari ilmu yang pergi ke pada seorang Arif meminta petunjuk jalan sufi, orang tua Arif itu berkata kepadanya, “Apabila engkau belum pernah menginjak jalan cinta, pergilah jatuh cintalah. Kemudian kembalilah menemui kami.” Seorang sufi ditemui oleh seseorang mau baik mau menempuh jalan sufi, namun jawaban gurunya. Kamu pernah jatuh cinta tidak? sudahlah kamu pulang dulu pergilah jatuh cintalah dulu, berarti apa hatimu belum terlatih lembut, belum terlatih mencintai, sementara nyawanya dunia sufi itu hati yang mencintai. Kalau kamu sudah mengerti rasanya jatuh cinta, balik lagi ke sini untuk melakukan suluk. Hatimu sudah paham bagaimana rasanya jatuh cinta. Rumus ini jangan dipakai alasan nanti kamu pacaran, kamu kok hidupnya pacaran terus? ini latihan mencintai, pada akhirnya kan nanti cinta sama Allah.


Ujian Pertama

 


Al Mukmin berasal dari kata Al Iman yang artinya pembenaran dan pengakuan. Disini ada ada dua pemaknaan yaitu Allah membenarkan dia orang-orang yang benar serta menegakkan bukti atas kebenaran mereka. Allah membenarkan para Rasul itu hidupnya benar, keyakinannya benar, ada lagi yang lain adalah pemahamannya adalah Allah yang Maha mengaruniakan keamanan.

 

Di dalam Al-Quran Surat Quraisy ayat 4

yang telah memberi makan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan dan Allah-lah yang mengubah.

 

          Maksudnya lahir bathin kita ini sepenuhnya adalah ciptaan Allah, di desain oleh Allah, dimiliki juga oleh Allah, dikuasai oleh Allah sepenuhnya, bukannya hanya kita begitu juga yang lainnya, makhluk-makhluk lain juga, jadi Allah tahu persis apa yang kita cemaskan, apa yang kita takuti, apa yang kita risaukan. Ujian pertama itu adalah ketakutan. Jadi dan pasti akan ditimpakan kepadamu sedikit dari rasa takut. Jadi sebelum lapar, kekurangan harta, jiwa, buah-buahan, yang pertama diuji ke kita itu adalah kecemasan atau takut, seperti sekarang ini takut kena covid, takut tidak punya uang, takut pensiun, takut tidak laku, takut tidak dapat jodoh, yang dapat jodoh takut berantakan keluarganya, yang nikah takut tidak punya anak, yang punya anak takut anaknya tidak sholeh, banyak sekali yang kita cemaskan dan apapun yang kita takuti kita cemaskan sepenuhnya diketahui oleh Allah, dan sepenuhnya yang kita cemaskan itu ada dalam genggaman Allah.

 

Tidak ada satupun yang lepas dari pengetahuan Allah, tidak ada satupun yang lepas dari genggaman Allah, masalahnya adalah kenapa kita jadi tertekan, galau, nyesek sekali, banyak yang kita cemaskan, walaupun sebetulnya itu sedikit dibanding dengan nikmat yang Allah berikan, seperti kita takut kena covid. Padahal tiap hari kita sehat, tiap hari kita makan, tiap hari kita bisa tidur, lebih banyak nikmat yang didapatkan dibanding takut covidnya itu, tapi terkadang takut covidnya ini menyelimuti kita sampai tidak syukur kita masih bisa bangun, tidak syukur kita bisa bernafas, tidak syukur kita bisa berfikir, tidak syukur kita menjadi seorang muslim, tidak syukur kita bisa shalat, tidak syukur aib kita masih ditutupi. Tapi covid saja yang selalu diingat. Kita takut terkena covid adalah hal yang manusiawi, tapi jangan lupakan bahwa covid ini tidak mengancam kita. Covid ini hanya virus yang bertasbih, yang dia bisa mengenai kepada siapa yang Allah perintahkan.

 

Bagaimana supaya kita dalam perlindungan Allah, di dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Tirmidzi, Imam Ahmad Al Hakim. Rasulullah SAW bersabda wahai anak muda (karena Ibnu Abbas waktu itu masih kecil), Sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, ini dari Rasulullah kepada Ibnu Abbas ketika Ibnu Abbas sedang dibonceng oleh Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah bersabda Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu.

 

Jagalah Allah, Allah akan menjaga kita, jagalah Allah, niscaya kita akan mendapati Allah dihadapan kita. Kita harus memahami dengan bijak, tidak mungkin kita menjaga Allah penguasa segala-galanya. Maksud disini adalah jagalah apa yang menjadi hak-hak Allah, kewajiban-kewajiban dari Allah. Hak yang terpenting adalah Lailahaillallah. Jagalah hati kita jangan sampai menuhankan yang lain selain Allah. Jagalah hati kita jangan sampai bersandar, bergantung kepada selain Allah. jagalah apa yang Allah sukai karena setiap yang Allah sukai pasti baik bagi kita, karena Allah yang menciptakan kita tahu apa yang baik untuk kita dan apa yang baik untuk kita itu ada dalam perintah Allah. Jagalah apa yang Allah larang. Jangan dilakukan, karena setiap Allah melarang sesuatu pasti sesuatu itu membahayakan bagi kita. Allah itu pencipta kita, paling tahu keadaan kita, keperluan kita, yang baik dan yang buruk untuk kita. Allah tahu karena kita diciptakan oleh-Nya, seperti seorang insinyur membuat robot, tahu persis kapan baterainya lemah, kapan harus dicas, harus dibersihkan, harus diperkuat, karena yang merancang komputer, merancang robot itu tahu kelemahan dan kekurangannya.

 

Allah yang mendesain kita tahu, karena bahagia itu ciptaan Allah. Apa yang membuat kita bahagia, apa yang membuat kita mulia, apa yang membuat kita selamat, itu ada pada perintahnya. Apa yang membuat kita sengsara, apa yang membuat kita hina, apa yang membuat kita celaka, itu ada pada larangannya. Makanya kalau kita jaga itu, Allah akan menjaga kita. Jangan risaukan keperluan-keperluan kita dan sebagainya, Allah sudah tahu kalau kita patuh ke Allah dengan baik, Allah jaga dan janji Allah itu pasti. Allah akan berada di hadapan kita artinya menjadi sangat dekat pertolongan Allah. Bagaimana orang tahu dirinya dekat dengan Allah. Kedekatan seseorang dengan Allah salah satunya di antara alat ukurnya adalah kita merasa Allah itu dekat. Tidak semua orang merasa Allah itu dekat, walaupun Allah Maha Dekat belum tentu orang itu merasa Allah itu Maha Dekat.


Bagi orang-orang yang dekat dengan Allah dan sambil duduk saja, dia yakin sedang diperhatikan Allah, sedang dilihat, sedang diawasi, sedang didengar, dan orang-orang yang dekat kepada Allah merasakannya setiap saat. Akibatnya dia tidak pernah merasa kesepian, tidak sendiri karena dia meyakini bahwa Allah Maha Dekat.

Sabtu, 28 Agustus 2021

Tentang Pemimpin

 


Ada hal yang perlu kita perhatikan dalam hal kepemimpinan, yang pertama Umar menyatakan wahai saudara-saudaraku, saya hanyalah salah seorang dari kalian. Jikalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah yaitu Abu Bakar As Siddiq, saya pun enggan memikul tanggung jawab ini. Umar ini memang menjadi khalifah ditunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar As Siddiq. Karena Beliau, Abu Bakar pasti sangat tahu dan sangat paham kualitas seorang Umar bin Khattab. Karena yang memerintahkannya adalah sahabat dekat yang dihormati, maka mau tidak mau Umar menerima tawaran itu. Beliau menyatakan kalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah, saya pun akan enggan memikul tanggungjawab ini.

 

Kemudian beliau melanjutkan dengan berdoa Ya Allah saya ini orang yang keras dan kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah saya ini orang lemah maka berikanlah aku kekuatan. Ya Allah saya ini orang kikir, maka jadikanlah aku seorang dermawan. Setelah menyampaikan yang pertama tadi kemudian beliau berdoa, setelah itu beliau melanjutkan Allah telah menguji kalian dengan saya dan menguji saya dengan kalian, sepeninggal sahabatku yaitu Abu Bakar As-Siddiq sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Semua persoalan yang kalian hadapi tidak lagi diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang hadir disini selain meninggalkan perbuatan terpuji dan menetapi amanah. kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka.

 

Ada beberapa pelajaran yang kita dapatkan dari pidato awal Umar bin Khattab ini. Yang pertama apa , kalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah aku pun akan enggan memikul tanggung jawab ini. Jadi meskipun khalifah itu jabatan tertinggi, apa yang dinyatakan oleh Umar bin Khattab itu menunjukkan bahwa umat islam itu tidak etis kalau memperebutkan jabatan. Jabatan itu satu amanah satu tanggung jawab yang berat. Jadi kalau tidak sangat terpaksa, itu kan bahasa lainnya Umar kan begitu. Aku pun enggan memikul tanggung jawab seberat ini. Jabatan sering disampaikan oleh banyak khalifah- khalifah Islam yang terkemuka dan Mansyur itu sering diasosiasikan dengan musibah. Jadi sesuatu yang berat yang menimpa. Kalau memikirkan diri sendiri ya lebih baik tidak usah diterima karena itu berat dan susah, tapi kan memikirkan umat Islam secara umum, memikirkanmu secara keseluruhan tidak untuk egonya sendiri. yang pertama itu, jabatan adalah sebuah tanggung jawab yang tidak perlu diperebutkan lagi. Apalagi sampai demi jabatan itu sampai permusuhan, sampai konflik, apalagi sampai meneteskan darah, sampai memutus tali silaturahmi persaudaraan. Itu pelajaran pertama dari pidato Umar tadi.

 

        Yang kedua, kalimat doa tadi beliau mengakui kalau dirinya keras, kasar, dan lemah. Ini penting karena manusia yang bisa maju, bisa semakin baik, bisa terus berkembang, adalah orang yang sadar kelemahan dirinya, orang yang paham kekurangan - kekurangan dirinya. Oleh karena itu, beliau terus berdoa kepada Allah agar Allah menutupi kekurangannya, agar Allah membimbing, sehingga menjalankan roda pemerintahan dengan lebih baik. Jadi yang kedua, pelajaran bagi siapapun pemimpin agar senantiasa muhasabah, senantiasa menghitung, mentafakuri, mencari dimana aku yang masih kurang. Sehingga setiap hari, setiap waktu bertambah yang terjadi adalah perbaikan demi perbaikan. yaumuhu khairan min amsihi, yang hari ini pasti lebih baik dari kemarin, besok lebih baik lagi, besok lebih baik lagi, jangan sampai terbalik dulu kok bagus, sekarang kok jelek itu berarti keliru prosesnya, kalau dalam Islam kan kalau dulu bagus, sekarang jelek namanya rugi. Kalau bisa ya hari ini lebih baik dari kemarin, bahkan sama pun dianggap kerugian. Itu pelajaran kedua dari pidato ini.

 

Pelajaran yang ketiga adalah pelajaran bahwa pemimpin dan yang dipimpin itu sama-sama ujian, makanya kalimatnya Umar adalah Allah menguji kalian dengan saya dan menguji saya dengan kalian. Jadi kita punya pemimpin seperti apa ketika kita jadi yang dipimpin, kemudian ketika kita yang memimpin. Kita punya yang dipimpin seperti apa, anak buah kita, rakyat kita, masyarakat kita, seperti apa, itu dua-duanya adalah ujian. Ujian apa, ya semoga aku memimpin dengan baik sehingga dengan kebaikanku memimpin ini, Allah ridho padaku dan aku semakin dekat dengannya, yang dipimpin juga begitu aku jadi orang yang dipimpin yang baik, jadi rakyat yang baik, masyarakat yang baik, sehingga dengan partisipasiku dalam kebaikan ini, kehidupan bersama semakin kondusif dan Allah ridho pada kami. Ini  cara menyikapi jikalau kita menjadi yang memimpin atau yang dipimpin dua-duanya adalah ujian. Jangan sampai salah, saling mengkritik boleh tapi melakukan yang negatif baik sebagai pemimpin maupun sebagai yang dipimpin yang justru menjauhkan kita dari Allah itu yang harus dihindari. Jangan sampai yang kita lakukan sebagai yang dipimpin maupun sebagai yang memimpin tidak mendatangkan ridhonya Allah, tapi malah mendatangkan murkanya Allah. Terkadang antara yang memimpin dan yang dipimpin itu ada ketidakcocokan ada ketidaksesuaian, itu makanya namanya ujian.

 

Respon kita terhadap banyak ketidakcocokan dan ketidaksesuaian itu nanti yang menentukan apakah yang kita lakukan sudah cukup baik apa belum, mengundang ridhonya Allah apa tidak. Berarti pastikan apapun yang kita lakukan itu tidak melanggar nilai-nilai, norma-norma kebenaran, kebaikan. Keutamaan. Karena dua-duanya sama-sama ujian.

Jumat, 27 Agustus 2021

Dunia Akan Mengejarmu

 


Ada dua kalimat dari Imam Malik yang berhubungan dengan zuhud, yang pertama kata Imam Malik apabila seseorang itu zuhud, Allah akan memberi nikmat kepadanya. Yang kedua zuhud itu bukan ketiadaan harta namun mengosongkan hati darinya. Ini dua kalimat untuk jadi bahan kita untuk muhasabah, jadi orang zuhud itu orang yang hatinya tidak terikat, tidak tergoda oleh dunia. Katanya Imam Malik justru sebaliknya, orang yang tidak terikat dan tidak tergoda ini akan mendapatkan nikmat dari Allah. Dalam bahasa lain kalau engkau tidak mengejar dunia, maka dunia yang akan mengejarmu yang tentunya atas izin Allah. Jadi dengan cara zuhud kita bisa semakin dekat dengan Allah, hati kita tidak sibuk dengan dunia, dan ternyata dunia yang mengejar kita.

 

Allah yang mencukupkan dan memberi nikmat dalam hidup kita. Mental semacam ini adalah mentalitas zuhud, mungkin agak berbeda dengan kita. Kalau kita ini kan masih banyak ketakutan dalam hal duniawi. Yang baru lulus kulaih takut kalau besok tidak dapat pekerjaan, Yang sudah bekerja takut gajinya tidak cukup, yang jomlo takut kira-kira nanti saya bisa dapat jodoh apa tidak, ketakutan-ketakutan semacam ini menunjukkan kita belum masuk dalam kualifikasi orang yang zuhud.

 

Orang yang zuhud itu tidak ada takutnya pada urusan duniawi. Kalau urusan duniawi mau apapun yang terjadi, seorang yang zuhud itu akan ridho tapi bukan berarti tidak mau bekerja, bukan berarti tidak mau kaya. Menginginkan kaya oke saja, bekerjanya dilakukan sepenuh hati sebagai tanggung jawab kemanusiaan dan tanggung jawab ketuhanan, tapi hasilnya apa, buahnya seperti apa, ya tidak jadi ukuran dan tidak jadi hitungan. Satu-satunya ukuran dan hitungan hanya ridhonya Allah. Mental semacam ini namanya mental zuhud.

 

Imam Malik itu imam yang kaya, Beliau ini suka menggunakan baju - baju yang mewah, tetapi kekayaannya tidak melekat di hati.


Salam Hamdallah.
Mr.Aribcc
Blog http://arisukristi.blogspot.com
IG : mr.ari.bcc
Youtube : mr.aribcc

Kamis, 26 Agustus 2021

Menjadi Manusia

  


        Manusia itu Mulia Karena Ilmu, dan ilmu itu bisa didapat melalui pendidikan, makanya jangan  menganggap remeh pendidikan. Dunia terpenting dalam peradaban manusia adalah dunia pendidikan. Disitulah manusia tetap bisa bertahan dalam level makhluk yang paling mulia. Kita sering mendengar ungkapan “Jadilah kita manusia yang manusia”. Manusia yang manusia itu bisa ditemui di dunia pendidikan, kalau kita tidak lewat jalur pendidikan kita tidak akan bertemu ilmu, kalau kita tidak bertemu ilmu maka kemuliaan kita sebagai manusia dipertanyakan. Berbeda dengan yang bukan manusia seperti binatang itu tidak butuh ilmu, dia memakai insting.

Binatang itu apa-apa langsung bisa, langsung bisa sesuai standarnya. Seekor Ayam itu begitu lahir sudah bisa lari-lari tidak perlu belajar jalan, tidak harus merangkak dulu. Hewan sudah ada paketnya, berbeda dengan manusia. Manusia itu panjang masa belajarnya, dari lahir sampai bisa utuh lahir batinnya itu butuh waktu panjang, dan untuk menumbuhkan itu butuh yang namanya pendidikan. Itu yang membuat manusia tidak sama, kalau hewan sama semua, bebek itu sama semua,  tidak ada bebek yang tidak mau aku ikut bebek yang lain, tidak ada sapi yang berontak, wah ini bulan kurban, ayo kita berontak biar tidak disembelih. Bayangkan kalau itu manusia pasti sudah perang itu masa aku disembelih terus, tapi tidak yang bisa seperti itu hanya manusia yang bekalnya ilmu, sehingga derajatnya tinggi karena ilmunya.

 

Hal kedua, Lahirnya Peradaban itu Karena Ilmu, jadi melahirkan masyarakat yang beradab dan beretika. Kenapa dunia ini rusak dan tidak tertib itu jawabannya mudah, karena kurang ilmu atau salah ilmu. Keliru yang dipelajari atau tidak mau belajar. Sejak dulu kita berperang terus pada masalah yang sama dan tidak pernah selesai, mungkin kita tidak belajar, ilmu kita tidak tambah-tambah, harusnya kalau ilmunya bertambah kita berubah, tapi kok tidak berubah, berarti kita tidak belajar, kita tidak berbudaya dan beretika kenapa? karena ilmunya macet, tapi semua orang sekolah, mahasiswa banyak.

 

Dalam setahun itu kita menghasilkan banyak sarjana di seluruh Indonesia. Jika satu kampus jumlah mahasiswanya ada 600 orang yang di wisuda dan dalam setahun ada 4 kali wisuda, berarti dalam setahun mereka menghasilkan 2400 skripsi. Kalau saja satu skripsi itu belum bisa menyumbangkan apa - apa untuk masyarakat, tapi kalau dikali 2400 itu harusnya Indonesia ini makmur dihitung dari jumlah skripsinya, kita tidak akan kehabisan teori, tidak akan kebingungan mencari jawaban dari setiap masalah. Skripsi itu isi rumusan masalah dan kesimpulan, hanya saja pengamalannya yang tidak berjalan. Jika satu skripsi bisa mempengaruhi 100 orang misalnya, ada 2400 skripsi tinggal dikalikan, dari satu kampus belum kampus – kampus besar yang lain. Indonesia harus sudah jaya hanya dari skripsi saja, tapi mungkin kita kurang menghargai ilmu, sehingga ilmu itu berhentinya hanya di perpustakaan, berhentinya levelnya hanya di buku, kamu sudah bangga luar biasa kalau ilmumu terbit jadi buku. Itu pencapaian puncak, kamu merasa itu tapi sebenarnya belum. Jasanya ilmu itu meningkatkan kualitas hidupmu dan pada saatnya nanti melahirkan masyarakat yang beradab dan beretika.


 Hal yang ketiga, Ilmu itu Penting, bahkan lebih penting dan lebih utama daripada ibadah-ibadah yang sunnah. Kenapa ilmu lebih utama daripada ibadah sunnah, ibadah sunnah itu sifatnya individual hanya untuk diri sendiri, tapi kalau ilmu itu manfaatnya tidak hanya untuk pemiliknya, tapi juga untuk masyarakatnya. Membaca buku ataupun belajar itu dianggap lebih utama daripada hanya ibadah sunnah saja, misalnya kalau malam mau tahajud, kalau bisa jangan hanya tahajud saja, tapi ada belajarnya. Berfikir itu kan belajar, karena berfikir itu keutamaan biar diri ini bermanfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga manfaat untuk masyarakat. Jadi setiap kali kita belajar, mencari ilmu harus diniati selain mencari ridho Allah, meningkatkan kualitas hidup kita dan kualitas masyarakat kita. Dari situlah nanti akan lahir peradaban yang mulia dan beretika yang dasarnya adalah ilmu. 


Peradaban jaya ketika berlandaskan pada keilmuan, jaya bukan karena politiknya, dan bukan ekonominya. Ekonomi dan Politik itu adalah pendukung daripada ilmu dalam mencapai peradaban.


Salam Hamdallah.
Mr.Aribcc
Blog http://arisukristi.blogspot.com
IG : mr.ari.bcc
Youtube : mr.aribcc