Sabtu, 28 Agustus 2021

Tentang Pemimpin

 


Ada hal yang perlu kita perhatikan dalam hal kepemimpinan, yang pertama Umar menyatakan wahai saudara-saudaraku, saya hanyalah salah seorang dari kalian. Jikalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah yaitu Abu Bakar As Siddiq, saya pun enggan memikul tanggung jawab ini. Umar ini memang menjadi khalifah ditunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar As Siddiq. Karena Beliau, Abu Bakar pasti sangat tahu dan sangat paham kualitas seorang Umar bin Khattab. Karena yang memerintahkannya adalah sahabat dekat yang dihormati, maka mau tidak mau Umar menerima tawaran itu. Beliau menyatakan kalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah, saya pun akan enggan memikul tanggungjawab ini.

 

Kemudian beliau melanjutkan dengan berdoa Ya Allah saya ini orang yang keras dan kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah saya ini orang lemah maka berikanlah aku kekuatan. Ya Allah saya ini orang kikir, maka jadikanlah aku seorang dermawan. Setelah menyampaikan yang pertama tadi kemudian beliau berdoa, setelah itu beliau melanjutkan Allah telah menguji kalian dengan saya dan menguji saya dengan kalian, sepeninggal sahabatku yaitu Abu Bakar As-Siddiq sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Semua persoalan yang kalian hadapi tidak lagi diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang hadir disini selain meninggalkan perbuatan terpuji dan menetapi amanah. kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka.

 

Ada beberapa pelajaran yang kita dapatkan dari pidato awal Umar bin Khattab ini. Yang pertama apa , kalau tidak karena segan menolak perintah khalifah Rasulullah aku pun akan enggan memikul tanggung jawab ini. Jadi meskipun khalifah itu jabatan tertinggi, apa yang dinyatakan oleh Umar bin Khattab itu menunjukkan bahwa umat islam itu tidak etis kalau memperebutkan jabatan. Jabatan itu satu amanah satu tanggung jawab yang berat. Jadi kalau tidak sangat terpaksa, itu kan bahasa lainnya Umar kan begitu. Aku pun enggan memikul tanggung jawab seberat ini. Jabatan sering disampaikan oleh banyak khalifah- khalifah Islam yang terkemuka dan Mansyur itu sering diasosiasikan dengan musibah. Jadi sesuatu yang berat yang menimpa. Kalau memikirkan diri sendiri ya lebih baik tidak usah diterima karena itu berat dan susah, tapi kan memikirkan umat Islam secara umum, memikirkanmu secara keseluruhan tidak untuk egonya sendiri. yang pertama itu, jabatan adalah sebuah tanggung jawab yang tidak perlu diperebutkan lagi. Apalagi sampai demi jabatan itu sampai permusuhan, sampai konflik, apalagi sampai meneteskan darah, sampai memutus tali silaturahmi persaudaraan. Itu pelajaran pertama dari pidato Umar tadi.

 

        Yang kedua, kalimat doa tadi beliau mengakui kalau dirinya keras, kasar, dan lemah. Ini penting karena manusia yang bisa maju, bisa semakin baik, bisa terus berkembang, adalah orang yang sadar kelemahan dirinya, orang yang paham kekurangan - kekurangan dirinya. Oleh karena itu, beliau terus berdoa kepada Allah agar Allah menutupi kekurangannya, agar Allah membimbing, sehingga menjalankan roda pemerintahan dengan lebih baik. Jadi yang kedua, pelajaran bagi siapapun pemimpin agar senantiasa muhasabah, senantiasa menghitung, mentafakuri, mencari dimana aku yang masih kurang. Sehingga setiap hari, setiap waktu bertambah yang terjadi adalah perbaikan demi perbaikan. yaumuhu khairan min amsihi, yang hari ini pasti lebih baik dari kemarin, besok lebih baik lagi, besok lebih baik lagi, jangan sampai terbalik dulu kok bagus, sekarang kok jelek itu berarti keliru prosesnya, kalau dalam Islam kan kalau dulu bagus, sekarang jelek namanya rugi. Kalau bisa ya hari ini lebih baik dari kemarin, bahkan sama pun dianggap kerugian. Itu pelajaran kedua dari pidato ini.

 

Pelajaran yang ketiga adalah pelajaran bahwa pemimpin dan yang dipimpin itu sama-sama ujian, makanya kalimatnya Umar adalah Allah menguji kalian dengan saya dan menguji saya dengan kalian. Jadi kita punya pemimpin seperti apa ketika kita jadi yang dipimpin, kemudian ketika kita yang memimpin. Kita punya yang dipimpin seperti apa, anak buah kita, rakyat kita, masyarakat kita, seperti apa, itu dua-duanya adalah ujian. Ujian apa, ya semoga aku memimpin dengan baik sehingga dengan kebaikanku memimpin ini, Allah ridho padaku dan aku semakin dekat dengannya, yang dipimpin juga begitu aku jadi orang yang dipimpin yang baik, jadi rakyat yang baik, masyarakat yang baik, sehingga dengan partisipasiku dalam kebaikan ini, kehidupan bersama semakin kondusif dan Allah ridho pada kami. Ini  cara menyikapi jikalau kita menjadi yang memimpin atau yang dipimpin dua-duanya adalah ujian. Jangan sampai salah, saling mengkritik boleh tapi melakukan yang negatif baik sebagai pemimpin maupun sebagai yang dipimpin yang justru menjauhkan kita dari Allah itu yang harus dihindari. Jangan sampai yang kita lakukan sebagai yang dipimpin maupun sebagai yang memimpin tidak mendatangkan ridhonya Allah, tapi malah mendatangkan murkanya Allah. Terkadang antara yang memimpin dan yang dipimpin itu ada ketidakcocokan ada ketidaksesuaian, itu makanya namanya ujian.

 

Respon kita terhadap banyak ketidakcocokan dan ketidaksesuaian itu nanti yang menentukan apakah yang kita lakukan sudah cukup baik apa belum, mengundang ridhonya Allah apa tidak. Berarti pastikan apapun yang kita lakukan itu tidak melanggar nilai-nilai, norma-norma kebenaran, kebaikan. Keutamaan. Karena dua-duanya sama-sama ujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar