Minggu, 29 Agustus 2021

Relasi yang Membebaskan

 



Apabila engkau hendak bebas, jadilah tawanan cinta. Manusia tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Ketika dilahirkan ke dunia, kita butuh orang lain, tapi nama hubungan dengan orang lain yang membebaskan itu hanya cinta. Relasi yang bukan cinta kebanyakan tidak membebaskan, tapi mengikat. Ada kewajiban-kewajiban yang harus kamu penuhi demi relasi itu, tapi kalau relasinya namanya cinta tidak. Saat ibumu membesarkanmu itu kan relasinya cinta, dia capek luar biasa, dia kehilangan banyak, tapi dia bahagia luar biasa, kenapa? karena cinta padamu, tidak merasa terikat sama sekali. Jadi kamu merasa ini yang membahagiakanku, tidak ada yang mengikat. Padahal rasanya seperti terikat, tapi sebenarnya tidak.

 

Dalam kisah Yusuf dan Zulaikha itu dikatakan, ”Jika engkau ingin bebas, jadilah tawanan cinta. Apabila engkau menginginkan kegembiraan bukanlah hatimu bagi penderitaan cinta.” Ini seperti paradok, kalau kamu ingin senang masuklah ke dunia cinta yang penuh penderitaan. Itu sebenarnya penderitaan, kalau diceritakan rasanya tragis. Tapi kamu bahagia dan senang, kenapa? karena ada cinta disitu, gembira mungkin kamu menceritakannya sambil berbunga-bunga. Dari anggur cinta datang kehangatan dan pesona, tanpa cinta yang ada hanya kesusahan dan keakuan. Jadi, orang yang hidupnya tanpa cinta isinya hanya kewajiban-kewajiban, isinya hanya ego, kepentingan diri sendiri, dan nafsu. Itu seperti hidup yang dingin, tidak berwarna, hidup yang hitam putih, tidak cerah.

 

Ingatan kepada cinta menyegarkan hati si pecinta dan kejayaan datang kepada dia yang menjayakannya. Yang sudah mengalami pasti merasakan, yang belum mengalami ya dibayangkan saja. Ini adalah wilayah-wilayah yang sulit untuk dijelaskan, bagi yang sudah mencintai pastilah mengerti. Apabila Majnun tidak minum anggur dari mangkoknya, apakah yang membuatnya terkenal di dunia ini dan di dunia kemudian. Kalau Majnun tidak jatuh cinta, tidak meminum anggur cinta, dan masuk ke dunia penderitaannya cinta. Siapa yang mau cerita Qais al majnun. Kalau Qais dulu jatuh cinta terus diterima begitu saja, terus menikah, lalu punya anak, tidak ada yang mau cerita. Tapi justru dia jadi luar biasa, jadi monumental ketika masuk ke ranah cinta yang susah sekali, yang menderita sekali, yang sakit sekali. Seperti Romeo and Juliet itu pasti ada tragedinya sehingga diceritakan dari zaman ke zaman. Banyak kisah cinta jadi monumental kalau ketika itu sangat sengsara, sangat susah, atau ada kesusahan cinta.

 

Ribuan orang berbakat cemerlang tapi asing terhadap cinta, telah lenyap tanpa meninggalkan riwayat atau peninggalan yang mengabadikan namanya. Jadi banyak orang yang berbakat, tapi hidupnya tidak ada cinta disitu, hilang begitu saja dari percaturan dunia. Engkau boleh mencoba 100 hari tapi hanya cinta yang akan membebaskanmu dari dirimu sendiri. Maka janganlah melarikan diri dari cinta, sekalipun dari cinta dalam samaran duniawi. Jatuh cinta sama teman sakelas,itu adalah cinta dalam samaran duniawi. Kalian mencintai apa? itu cinta dalam samaran dunia. Tidak apa karena mungkin masih level-level artifisial, yang penting adalah kamu belajar mencintai, lunakkan dulu hatimu dengan cinta. Karena itu merupakan persiapan bagi kebenaran tertinggi. Kalau tiba - tiba cinta sama Allah, mungkin agak berat. Yang bisa dilakukan adalah belajar, hati ini diajari caranya mencintai.

 

Bagaimana kau akan membaca Alquran, tanpa mempelajari abjad. Ayo latihan dulu cinta di dunia, jatuh cinta dulu sama temannya, jatuh cinta dulu sama apa, tidak apa-apa. Itu kan cinta dalam samaran duniawi meskipun ada batas-batasnya, tapi intinya hatimu dilatih mencintai. Kalau tidak itu akan terasa sulit, karena orang tidak bisa memaksa diri untuk jatuh cinta, itu tidak mudah. Kamu tiba-tiba bilang saya mau cinta kamu. Tidak bisa, seperti kamu punya teman cantik kalau kamu tidak cinta kan tidak bisa dipaksa. Saya harus cinta ke dia, sama Allah juga begitu tak bisa cinta itu dipalsu bahwa kamu sholeh - sholehkan dirimu, dari mulut keluar kalimat toyibah terus. Tidak begitu, kalau jatuh cinta tidak bisa dimanipulasi. Karena urusannya rasa, maka latihan jatuh cinta . Hiduplah dengan alur yang penuh cinta, nanti bathinmu terlatih mencintai.

 

Ada kisah seorang pencari ilmu yang pergi ke pada seorang Arif meminta petunjuk jalan sufi, orang tua Arif itu berkata kepadanya, “Apabila engkau belum pernah menginjak jalan cinta, pergilah jatuh cintalah. Kemudian kembalilah menemui kami.” Seorang sufi ditemui oleh seseorang mau baik mau menempuh jalan sufi, namun jawaban gurunya. Kamu pernah jatuh cinta tidak? sudahlah kamu pulang dulu pergilah jatuh cintalah dulu, berarti apa hatimu belum terlatih lembut, belum terlatih mencintai, sementara nyawanya dunia sufi itu hati yang mencintai. Kalau kamu sudah mengerti rasanya jatuh cinta, balik lagi ke sini untuk melakukan suluk. Hatimu sudah paham bagaimana rasanya jatuh cinta. Rumus ini jangan dipakai alasan nanti kamu pacaran, kamu kok hidupnya pacaran terus? ini latihan mencintai, pada akhirnya kan nanti cinta sama Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar