Minggu, 31 Mei 2020

SELAMAT HARI RAYA KETUPAT


KUPAT LEPET merupakan tradisi yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa.

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BA'DA, yaitu :

1. BA'DA IDUL FITRI dan
2. BA'DA KUPAT yang diadakan seminggu sesudah Lebaran IDUL FITRI (hari ini)

Arti Kata Ketupat.

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus.

Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari

1. Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan. dan

2. Laku papat. artinya empat tindakan

Ngaku Lepat.

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.

Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Laku Papat :

1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.

Lebaran (Lebar)

Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.

Luberan (Luber)

Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.

Leburan (Lebur)

Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan (Labur)

Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.

Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

FILOSOFI KUPAT – LEPET

KUPAT

Kenapa mesti dibungkus janur?

Janur, diambil dari bahasa Arab Ja’a nur yang memiliki makna (datang cahaya).

Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.

Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja’a nur).

LEPET

Lepet = silep (tutup) kang rapet.

Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.

Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar