Pada pembelajaran hari ini kita akan belajar bersama Ibu Farrah Dina, M.Sc
dengan materi Terbitkan Bukumu Catatkan Sejarah. Beliau adalah seorang pendidik, pelatih guru dan
penulis, beliau adalah pendiri Tangga Edu, sebuah yayasan yang
bergerak di bidang pendidikan. Pendidikan S1 di IPB, S2 di State
University of New York, College at
Buffalo. Beliau telah menulis 20 judul buku, berkaitan dengan pendidikan untuk
guru dan orangtua serta buku - buku bergambar untuk anak.
Membaca
buku sama halnya dengan berbicara bersama orang-orang bijak di masa lalu. Manusia
tentunya ingin dikenang dalam mencatatkan sejarah, oleh karena itu perlu
mencari tahu apa yang yang bisa kita tinggalkan. Menerbitkan buku adalah jalan
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan hingga sepanjang masa.
Menerbitkan
buku dengan membuat buku ada dua hal yang berbeda. Membuat buku bisa dilakukan oleh
siapa saja dan bahkan menerbitkan buku untuk saat ini bisa dilakukan oleh siapa
saja. Akan tetapi menerbitkan buku ke penerbit-penerbit besar itu adalah sebuah
akibat dari sebuah karya yang baik. Jadi jangan jadikan itu sebagai awal tujuan/rencana.
Jadikan itu sebagai tantangan, namun yang terpenting adalah bagaimana buah
daripada tulisan serta pikiran kita diingat sepanjang masa.
Penerbitan
adalah sebagai sebuah akibat. Sebuah tulisan yang ingin diterbitkan sebenarnya
sangat mudah, namun yang paling penting bagi penulis adalah hadirnya pembaca,
untuk membaca tidak selalu dalam bentuk buku, bisa juga berupa tulisan di media
sosial. Kalau karya itu baik dan memang dibutuhkan serta sesuai untuk menjawab
pertanyaan saat ini. Faktor utamanya adalah bagaimana kita mulai membuat karya lalu
mengasahnya menjadi sebuah berlian yang nantinya itu akan sangat bermanfaat
bagi masyarakat.
Ada Empat Hal Pokok dalam Menerbitkan Buku yaitu :
1. Renjana
Renjana
adalah Bahasa Indonesia dari passion. Passion adalah sesuatu yang amat sangat menarik, sesuatu yang menjadi
hal-hal yang jika kita melakukannya akan terasa mudah, nyaman dan menyenangkan.
Jadi mulailah dengan sesuatu yang memang sesuai dengan passion kita. Mulailah
dari apa yang disukai karena dengan begitu akan mengalir kata-katanya dengan
mudah dan cara paling mudah untuk kita termotivasi untuk terus menulis adalah
bagaimana kita merasa sukses malakukan sesuatu. banyak sekali penulis yang berhenti
di tengah jalan itu sebenarnya hal yang wajar, masalahnya lebih sering berawal
dari sesuatu yang sebenarnya tidak mudah bagi dirinya yaitu sesuatu yang
dipaksakan. Cara yang bisa kita lakukan adalah carilah rencananya, rencananya apa
buku yang saat ini sangat dibutuhkan dan apakah bentuknya penelitian tapi
kemudian bagaimana kita membuat penelitian itu menjadi sesuatu yang popular
kemudian apakah bentuknya motivasi atau bentuknya keagamaan dan lain sebagainya.
Tentukan rencana kita tapi jangan yang sulit, lakukan yang menurut kita paling
mudah. Bagi yang suka makan buat review tentang makanan dan yang suka baca buku buat review tentang buku.
2. Rutin
Kunci
agar kita bisa rutin itu bukan hanya rutin menulis, tapi yang lebih penting
lagi adalah rutin membaca. Karena dengan rutin membaca itu menjadi sesuatu yang
otomatis, sehingga kitapun akan terframe apapun yang kita lihat dan apapun yang
kita alami. Kita harus mencari sebuah bahan bacaan sehingga kita akan
termotivasi untuk menulis. Ketika kita membaca banyak membaca maka akan penuh kosakata dan cerita di kepala kita.
Karena dengan membaca kosakata dalam membaca tidak sama dengan kosakata lisan,
jadi kosakata membaca kecenderungannya adalah berkaitan dengan kosakata
menulis, namun lain halnya dengan kosakata lisan. Ketika kita mendengar kita
ingin mengungkapkan kembali pembicaraan itu, tetapi ketika kita membaca kita
ada keinginan untuk membuat bentuk tulisan yang lain. Sebaiknya usahakan apapun
genre bukunya kita terus baca, namun jikalau tidak punya banyak waktu maka
sesuaikan genre yang akan ditulis dengan genre buku yang dibaca. Kemudian kita
akan rutin menulis kapanpun dan dimanapun.
Rumus
daripada penulis hebat adalah mereka selalu menyiapkan waktu khusus dan tempat
khusus untuk terus menulis, sehingga terframe dalam otaknya. Ketika dia berada
di waktu itu dan di tempat itu, itu adalah saatnya dia untuk menulis. Jangan
juga tergantung akan hal itu, akan tetapi untuk membentuk sebuah rutinitas hal
tersebut dapat dilakukan. Jadi menulis itu bisa dimana saja kapan saja dan
tentang apapun jadi setiap kita melihat suatu hal yang menarik, setiap kita
melihat hal-hal apapun dan belum sempat menulis tapi rekam itu. Gunakan
recorder pada HP karena kita harus mengumpulkan bank-bank cerita itu. Bank
cerita harus detail karena pada saat kita kejadian hari ini kemudian kita baru
memiliki kesempatan menulis satu bulan kemudian maka detail itu akan terlupakan
oleh kita. Yang kita tulis bukan hanya yang tampak pada mata tapi seperti apa yang
kita rasakan.
3. Review
Review
adalah proses yang dilakukan setelah kita punya kumpulan tulisan. Review adalah
proses tersulit dan terpanjang. Saat pertama kali menulis draf, tulis semua
yang ingin ditulis, tidak perlu diedit, tidak perlu dilihat nama tokohnya,
tidak perlu dilihat lagi peristiwanya, scene-nya, logikanya alurnya. Tulis dulu
semuanya biarkan dia mengalir kemudian di tahap reviewlah barulah kita
melakukan itu semua. Kita lihat tokohnya, kita lihat detailnya, kita lihat alur
berpikirnya, Itu yang dilakukan saat review. Review juga penting untuk melihat
market kita. Ketika kita menuliskan penelitian, maka jangan jadikan itu menjadi
semacam sebuah laporan penelitian yang kita buat untuk jurnal atau yang
lainnya, tapi jadi kan itu popular. Ambil sudut pandang dimana itu menjadi
sesuatu yang populer, karena ketika diterbitkan akan menjadi sesuatu yang
populer, aplicable dan dekat dengan kehidupan pembaca.
4. Ruang Bagi Pembaca
Ketika
review jangan jadikan review dari kita sudah cukup. Hal terpenting adalah
review dari pembaca yang dituju. Ruang bagi pembaca artinya bukan kita meminta
mereka untuk membaca kemudian kita mengharapkan feddback posotif, tapi justru kita
mengharapkan feedback yang negatif, artinya apa yang harus diperbaiki, yang
mereka tidak suka dan yang bagi mereka sulit. Hal yang tidak menarik itu yang justru
lebih penting sehingga kita kemudian memperbaiki. Walaupun ruang bagi pembaca
ini jangan sampai menghilangkan jati penulis. Jadi ruang bagi pembaca itu
penting bagi penulis karena seorang penulis tidak ada artinya tanpa seorang
pembaca, maka hadirnya pembaca menjadi penting karena itu mempublikasikan
tulisan di medsos kemudian meminta keluarga kita, anak kita untuk membaca itu
adalah hal yang penting karena ada kepuasan ketika ada orang yang membaca dan
itu yang membuat kita terus termotivasi.
Orang
yang memendam akan kalah dengan orang yang mengungkapkan dan orang yang menunggu akan kalah dengan orang yang melakukan.
Salam Hamdallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar